"Emang kalo sayang butuh alesan, bang?" - Edgar
Siapapun yang tinggal di Indonesia tentu saja juga berharap kalo
film-film Indonesia di pemutaran pertamanya membludak seperti halnya
Cinta Brontosaurus. Bayangkan saja, saya hampir kehabisan tiket untuk
menonton film ini meskipun akhirnya saya dapat untuk jam tayang paling
malam. Tidak heran lagi memang, Radita Dika dengan segala pesona
komedinya mampu membuat kebanyakan orang untuk ikut berjuang di
pertunjukkan premierenya. Mungkin semacam film inilah yang dicari-cari
oleh kebanyakan orang Indonesia. Sebuah film yang tidak terkesan
menggurui, tidak terlalu over drama, dan tentu saja tidak menampilkan
adegan-adegan panas. Film yang sederhana bercerita tentang kehidupan
sehari-sehari yang mungkin kita sering jumpai yang berbalut komedi segar
ala anak-anak muda.
Dika (Raditya Dika) seorang penulis yang sering mengalami putus cinta.
Dalam pengalamannya tentang patah hati tersebut, dia percaya bahwa cinta
bisa kadaluarsa. Sementara itu, Kosasih (Soleh Solihun), agen tulisan
Dika berusaha untuk meyakinkan Dika tentang adanya cinta sejati. Hal itu
membawa Dika kepada serangkaian perkenalan absurd. Tak sengaja di
sebuah rumah makan, Dika bertemu dengan Jessica (Eriska Rein), seorang
gadis yang ternyata mempunyai pola pikir yang sama anehnya dengan Dika.
Semakin Dika dekat dengan Jessica semakin dia berfikir, apa benar cinta
bisa kadaluarsa? Di sisi lain, Mr. Soe Lim (Ronny P. Tjandra) menawarkan
Dika untuk memfilmkan bukunya yang berjudul "Cinta Brontosaurus".
Tertarik dengan tawaran itu, Dika berusaha untuk menulis skrip tentang
itu. Masalah muncul ketika, Mr. Soe mencoba untuk mengubah naskah asli
buatan Dika menjadi film horror yang sedang booming.
Jika sering mengikuti akting Raditya Dika di serial televisinya yang
berjudul Malam Minggu Miko tentu film ini adalah termasuk film wajib
tonton bulan ini. Selain piawai dalam hal menulis dan stand up comedy,
Raditya Dika menunjukkan kembali bahwa dia bisa menjadi aktor utama
dalam film yang dia tulis sendiri. Bagi yang pernah melihat film
sebelumnya yang berjudul sama dengan novel pertamanya, Kambing Jantan,
akting Raditya Dika bisa dikatakan berkembang pesat. Dulu terlihat kaku
dan kurang menjiwai namun di film ini penonton siap dibuat tertawa
terbahak-bahak melihat kekonyolannya. Paruh awal film ini, banyak adegan
yang membuat penonton mau tak mau untuk tertawa. Unsur komedinya sangat
berhasil dan juga membuat penonton merasakan kalo apa yang mereka
tertawakan adalah apa yang mereka rasakan dalam kehidupan sehari-hari
perihal berpacaran. Ada adegan yang sekalinya penonton belom berhenti
tertawa dibuat tertawa lagi oleh film ini dan bagusnya adegan itu
berkali-kali. Juga ada beberapa adegan yang absurd yang menyindir
tentang perfilman horor di Indonesia, meskipun aneh (ya memang aneh,
saya sampai meloncat dari kursi) namun sekali lagi mampu membuat
seruangan bioskop penuh dengan tawa.
Mungkin jika kamu juga termasuk orang yang mengikuti Cinta Brontosaurus
dalam versi bukunya, jangan terlalu mengharapkan lebih bahwa cerita di
film ini sama dengan apa yang ditulis di bukunya. Keseluruhan film ini
menceritakan tentang perjalanan karir Raditya Dika dan Cinta
Brontosaurus-nya bukan isi dari buku Cinta Brontosaurus. Kekonyolan film
ini juga tak lepas dari para pemeran pendukungnya. Soleh Solihun
sebagai Kosasih sangat pas menjadi sidekick seorang Dika.
Kekonyolan para pemainnya tidak hanya berasal dari teman-teman Dika
saja, tetapi juga dari keluarga Dika yang terdiri dari Papa, Mama, dan
adik-adiknya. Semua pemeran pendukung menjalankan dengan konsisten
perannya masing-masing. Sisi romantisme yang berjalan terlihat sebagai
cerita pelengkap di tengah tumpukan plot yang tersaji. Mungkin ada
beberapa adegan romantisme yang terkesan absurd tapi siapa yang peduli
jika hanya dengan begini saja bisa begitu menghibur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar