Translate

Translate

Jumat, 10 Mei 2013

[Review] Cinta Brontosaurus (2013)



"Emang kalo sayang butuh alesan, bang?" - Edgar
Siapapun yang tinggal di Indonesia tentu saja juga berharap kalo film-film Indonesia di pemutaran pertamanya membludak seperti halnya Cinta Brontosaurus. Bayangkan saja, saya hampir kehabisan tiket untuk menonton film ini meskipun akhirnya saya dapat untuk jam tayang paling malam. Tidak heran lagi memang, Radita Dika dengan segala pesona komedinya mampu membuat kebanyakan orang untuk ikut berjuang di pertunjukkan premierenya. Mungkin semacam film inilah yang dicari-cari oleh kebanyakan orang Indonesia. Sebuah film yang tidak terkesan menggurui, tidak terlalu over drama, dan tentu saja tidak menampilkan adegan-adegan panas. Film yang sederhana bercerita tentang kehidupan sehari-sehari yang mungkin kita sering jumpai yang berbalut komedi segar ala anak-anak muda.
Dika (Raditya Dika) seorang penulis yang sering mengalami putus cinta. Dalam pengalamannya tentang patah hati tersebut, dia percaya bahwa cinta bisa kadaluarsa. Sementara itu, Kosasih (Soleh Solihun), agen tulisan Dika berusaha untuk meyakinkan Dika tentang adanya cinta sejati. Hal itu membawa Dika kepada serangkaian perkenalan absurd. Tak sengaja di sebuah rumah makan, Dika bertemu dengan Jessica (Eriska Rein), seorang gadis yang ternyata mempunyai pola pikir yang sama anehnya dengan Dika. Semakin Dika dekat dengan Jessica semakin dia berfikir, apa benar cinta bisa kadaluarsa? Di sisi lain, Mr. Soe Lim (Ronny P. Tjandra) menawarkan Dika untuk memfilmkan bukunya yang berjudul "Cinta Brontosaurus". Tertarik dengan tawaran itu, Dika berusaha untuk menulis skrip tentang itu. Masalah muncul ketika, Mr. Soe mencoba untuk mengubah naskah asli buatan Dika menjadi film horror yang sedang booming. 

Jika sering mengikuti akting Raditya Dika di serial televisinya yang berjudul Malam Minggu Miko tentu film ini adalah termasuk film wajib tonton bulan ini. Selain piawai dalam hal menulis dan stand up comedy, Raditya Dika menunjukkan kembali bahwa dia bisa menjadi aktor utama dalam film yang dia tulis sendiri. Bagi yang pernah melihat film sebelumnya yang berjudul sama dengan novel pertamanya, Kambing Jantan, akting Raditya Dika bisa dikatakan berkembang pesat. Dulu terlihat kaku dan kurang menjiwai namun di film ini penonton siap dibuat tertawa terbahak-bahak melihat kekonyolannya. Paruh awal film ini, banyak adegan yang membuat penonton mau tak mau untuk tertawa. Unsur komedinya sangat berhasil dan juga membuat penonton merasakan kalo apa yang mereka tertawakan adalah apa yang mereka rasakan dalam kehidupan sehari-hari perihal berpacaran. Ada adegan yang sekalinya penonton belom berhenti tertawa dibuat tertawa lagi oleh film ini dan bagusnya adegan itu berkali-kali. Juga ada beberapa adegan yang absurd yang menyindir tentang perfilman horor di Indonesia, meskipun aneh (ya memang aneh, saya sampai meloncat dari kursi) namun sekali lagi mampu membuat seruangan bioskop penuh dengan tawa.
Mungkin jika kamu juga termasuk orang yang mengikuti Cinta Brontosaurus dalam versi bukunya, jangan terlalu mengharapkan lebih bahwa cerita di film ini sama dengan apa yang ditulis di bukunya. Keseluruhan film ini menceritakan tentang perjalanan karir Raditya Dika dan Cinta Brontosaurus-nya bukan isi dari buku Cinta Brontosaurus. Kekonyolan film ini juga tak lepas dari para pemeran pendukungnya. Soleh Solihun sebagai Kosasih sangat pas menjadi sidekick seorang Dika. Kekonyolan para pemainnya tidak hanya berasal dari teman-teman Dika saja, tetapi juga dari keluarga Dika yang terdiri dari Papa, Mama, dan adik-adiknya. Semua pemeran pendukung menjalankan dengan konsisten perannya masing-masing. Sisi romantisme yang berjalan terlihat sebagai cerita pelengkap di tengah tumpukan plot yang tersaji. Mungkin ada beberapa adegan romantisme yang terkesan absurd tapi siapa yang peduli jika hanya dengan begini saja  bisa begitu menghibur. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar